Di COP-28 Dubai, Pertamina Sampaikan Panas Bumi Energi Terbarukan Paling Potensial
“Tentunya kolaborasi dan investasi terutama dari sektor swasta diperlukan dalam mendorong percepatan dekarbonisasi di berbagai sektor. Maka di sinilah mekanisme blended finance perlu diimplementasikan,” ujar Mari.
Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2021-2030 dan dokumen hijau Pertamina Geothermal Energy, secara keseluruhan industri panas bumi Indonesia diperkirakan berkontribusi hingga 16 persen dari total target dekarbonisasi nasional di 2030.
“Jika pertumbuhan mengikuti rencana skenario agresif, Pertamina Geothermal Energy sendiri akan berkontribusi terhadap lima persen pengurangan karbon nasional pada tahun 2030 serta berkontribusi 89 juta ton penghindaran CO2 selama sepuluh tahun ke depan,” papar Julfi.
Selain itu, lanjut dia, perseroan juga memiliki inisiatif beyond geothermal untuk mendorong upaya dekarbonisasi.
“Strategi yang kami jalankan di antaranya dengan menjajaki bisnis rendah karbon, yaitu green hydrogen dan green methanol serta mempromosikan sistem kredit karbon di Indonesia yang sedang berkembang dengan memasok kredit karbon ke agregator utama Pertamina Geothermal Energy, yaitu Pertamina New Renewable Energy (PNRE),” ungkap Julfi.
Terkait dengan upaya memperluas dampak Perseroan terhadap perjalanan dekarbonisasi di Indonesia, Julfi mengungkapkan Pertamina Geothermal Energy saat ini sedang mengembangkan produk sekunder (secondary product) panas bumi.
“Beberapa produk sekunder yang sedang dikembangkan oleh Pertamina Geothermal Energy diantaranya green methanol, green hydrogen, dan ekstraksi silika,” jelas Julfi.
Selain itu, pada perhelatan COP ke-28 ini juga dilaksanakan joint statement kemitraan lapangan panas bumi Suswa, Kenya antara PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) (IDX: PGEO), Geothermal Development Company (GDC), dan salah satu pemegang saham PGE, Masdar.