Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Di Jalanan, Mobil Ambulans Beradu Kecepatan, Membawa Jasad

Kamis, 11 Oktober 2018 – 07:33 WIB
Di Jalanan, Mobil Ambulans Beradu Kecepatan, Membawa Jasad - JPNN.COM
Satu jenazah dievakuasi di Pantai Talise, Palu, Sabtu (29/9) akibat tsunami. Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

Pria berkaca mata itu bercerita, ada empat kecamatan di Kabupaten Sigi yang sulit dijangkau untuk sampai ke titik pengungsian warga. Di sana, akses jalan masih terputus. Sehingga, tenaga medis dibantu pihak TNI menggunakan helikopter untuk bisa menjangkau korban-korban yang mengungsi di daerah pegunungan.

Dua pekan adalah waktu untuk respons tanggap darurat. Setelahnya, masuk dalam tahap rencana pemulihan darurat. Sebulan setelah gempa, pusat krisis kementerian kesehatan akan membahas rencana pemulihan dini.

Untuk dua pekan pertama setelah gempa, yakni melaksanakan penyelamatan korban dan mencegah kecacatan. Puskesmas di Donggala, Sigi, dan Palu yang sempat tak beraktivitas, disebut Yurianto untuk secepatnya kembali bekerja.

“Meski harus menggunakan halaman puskesmas untuk beraktivitas. Dan kami paham kondisinya,” tutur Yurianto. Permasalahannya, tenaga puskesmas belum keseluruhan kembali. Bahkan, masih mencari keluarga yang jadi korban.

Beberapa rumah sakit di Palu juga sudah beroperasi. Namun, pelayanan tentu belum bisa kembali seperti biasa. Tenaga medis dari luar Sulteng maupun luar Indonesia terus membantu. Palu terus memperbaiki dan menata ulang kota.

Kaltim Post juga menyempatkan ke Pelabuhan Pantoloan. Jaraknya sekitar 35 kilometer dari pusat kota Palu. Jalanan yang berdebu, serta di sisi jalan juga masih banyak puing-puing sisa bangunan yang belum dibersihkan.

Di jalanan, mobil ambulans beradu kecepatan. Membawa jasad korban tertimbun di reruntuhan bangunan. Meski sudah berangsur normal, bahan bakar minyak (BBM) masih cukup sulit diperoleh.

Di pelabuhan, kini terlihat beberapa pengungsi yang sebelumnya lari ke kawasan pegunungan. Mereka mulai turun lantaran persediaan makanan yang habis. Beberapa di antaranya juga bertujuan meninggalkan Palu melalui jalur laut.

Mayoritas warga Palu, Donggala, Sigi, masih belum berani tidur di dalam rumah karena masih sering terjadi gempa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News