Didik J Rachbini: Pemimpin Diuji pada Masa Krisis
Secara rutin SKPB mengundang pakar berbagai bidang ilmu dan praktisi untuk mengisi proses pembelajaran yang kreatif dan aktual.
Direktur Program AT Institute Agustian mengatakan tema soal politik APBN ini sangat penting mengingat calon pemimpin itu harus memahami bagaimana sebuah APBN dan juga APBD disusun, proses tarik-menarik dan bagaimana implementasi di lapangan.
Sedangkan Direktur Eksekutif AT Institute Dr. Puji Wahono menambahkan selain politik praktis, maka calon pemimpin bangsa memang harus paham soal ekonomi, khususnya ekonomi negara berupa penyusunan APBN, sumber APBN, dan pengelolaannya.
Menurut Didik yang juga Rektor Unversitas Paramadina ini, tidak sulit memahami bagaimana APBN itu, karena tidak rumit dan mudah diteliti, apalagi jika ada kejanggalan antara pemasukan dan pengeluaran.
“Jika antara pemasukan dan pengeluaran ada perbedaan atau disparitas yang cukup tinggi, itu namanya defisit. Nah, defisit anggaran atau APBN kita saat ini sangat besar, tidak sesuai dengan penggunaannya,” kata Didik.
Defisit Rp 1.000 Triliun
Menurut Didik J Rachbini, defisit APBN kita saat ini sangat besar yaitu sekitar Rp 1.000 triliun. Ini terlihat dari angka pendapatan yang bersumber dari pajak dan non pajak (hibah dan royalty) sebesar Rp 1.699 triliun, tetapi pengeluaran atau belanja pemerintah pusat dan daerah sebesar 2.670 triliun rupiah.
Angka defisit Rp 1.000 triliun ini naik naik tiga kali lipat dari defisit sebelum pandemi Covid-19 yang hanya sekitar Rp 300 triliun. Kenapa demikian? Ketika APBN ini disusun, proyeksi penambahan anggaran untuk penanganan Covid dinaikan.