Diguyur Hujan, Mandi Safar Tetap Sakral
“Kesepakatan para ulama dan tokoh adat, mandi safar ini bukan ritual keagamaan. Ini hanya seremoni rutin turun-temurun,” katanya.
Prosesi mandi safar itupun, sambung Yahya, sangat sederhana yakni, masyarakat yang ingin mandi bercebur ke sungai mentaya diberikan daun sawang sebagai syarat supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. “Mandi safar itukan hanya untuk membersihkan diri dari sifat kebencian, keangkuhan maupun menang sendiri. Bukan acara ritual keagamaan,” tegas mantan Camat Cempaga ini.
Dengan adanya wisata budaya mandi safar ini, lanjutnya, kunjungan wisata yang ingin melihat lebih dekat mengenai kebudayaan yang dimiliki Kotim diharapkan kedepannya semakin meningkat.
“Terima kasih atas dukungan semua pihak sehingga kegiatan ini berjalan sukses dan lancar,” ucapnya. (oes/fin/ton)