Diombang-ambing RS, Pasien Jamkesmas Ngadu ke Wawali
jpnn.com - TEGAL – Keluarga Supendi mendatangi kantor Wakil Wali Kota (Wawali) Tegal, Jumat (16/5). Mereka mengadukan perlakuan rumah sakit yang dinilai semena-mena terhadap pasien Jamkesmas. Saat ini, kondisi Supendi (46) cukup kritis.
Kepada Wawali Nursholeh, istri Supendi, Ami A'izah (31) didampingi dua saudaranya melaporkan, suaminya sakit sekitar setahun lalu dan diperiksakan ke RSUD Kardinah. Dari hasil diagnoasa, bapak tiga anak yang bekerja serabutan tersebut menderita batu ginjal.
”Di RSUD Kardinah ditangani menggunakan alat ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy). Namun, hingga empat kali penanganan tidak ada perubahan, sehingga dirujuk ke RSUP Kariadi Semarang,” katanya.
Mendapat rujukan itu, Umi bersama keluarganya membawah ke RSUP Kariadi pada 16 Januari 2014. Di rumah sakit pemerintah provinsi tersebut dilakukan operasi. Namun setelah operasi terjadi pendarahan dan dari rumah sakit Kariadi menyarankan untuk pemulihan di daerah. ”Karena itu keluarga pun membawanya pulang,” ujarnya.
Sampai di rumah terjadi pendarahan hebat, sehingga langsung dibawa ke RSUD Kardinah. Bahkan, Supendi bolak-balik ke rumah sakit hingga 6 kali, tetapi tetap tidak ada perubahan.
”Karena penasaran, saya bawa suami untuk USG di dokter Gunawan, hasilnya ada pembuluh darah yang pecah dan disarankan dibawa lagi ke RSUP Kariadi kepada dokter yang pertama menangani,” ujarnya.
Saran tersebut dilaksanakan, 14 Maret lalu dibawa ke RSUP Kariadi. Sampai di sana, dokter mengatakan harus dilakukan penanganan emboli, tetapi alat di situ rusak, lalu dirujuk ke RS Telogorejo. Di RS Telogorejo, pasien ditolak dengan alasan harus menggunakan kartu BPJS, sementara yang ada hanya kartu Jamkesmas. Karena itu, Supendi kembali dibawa ke RSUP Kariadi lagi.
Di rumah sakit pemerintah tersebut dikatakan, untuk penanganan emboli biaya per paketnya Rp 15 juta. Padahal harus dilakukan empat kali paket, sehingga biayanya menjadi Rp 60 juta.