Dirgahayu Kopassus, Sejarah Pembentukan, Lambang, dan Maknanya
Setelah kesatuan itu terbentuk, komandan pertamanya ialah Mayor Moch Idjon Djanbi. Sebenarnya nama aslinya ialah Rokus Bernardus Visser.
Namun, mantan kapten di Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL) itu memilih menetap di Indonesia, menikahi perempuan Sunda, dan masuk Islam. Visser pernah menjadi bagian Korps Speciale Troepen Angkatan Bersenjata Kerajaan Belanda dan memiliki pengalaman tempur di Perang Dunia II.
Waktu terus berjalan, berbagai dinamika pun menyertai perjalanan Kesatuan Komando Teritorium III. Pada 18 Maret 1953, Mabes APRI menarik kesatuan itu dan mengganti namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
Namun, markasnya tetap di Jatijajar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi itu kini menjadi Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus).
Pergantian nama kembali terjadi pada 1955, ketika KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 25 Juli 1955, RPKAD untuk pertama kalinya mengenakan baret merah (sebelumnya baret cokelat).
Pada 1959, RPKAD memiliki kepanjangan yang berbeda, yakni Resimen Para Komando Angkatan Darat. Selain itu, RPKAD juga punya markas baru di Cijantung, Jakarta Timur.
Selanjutnya, RPKAD kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus (Puspasus) TNI AD pada 1966. Namun, nama RPKAD sudah kadung melegenda.
Nama Puspasus TNI AD hanya bertahan lima tahun. Pada 1971, Mabes ABRI memutuskan mengubah nama Puspasus menjadi Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha).
Pada tahun itu pula Kopassandha dimekarkan menjadi dua grup, yakni Pasukan Para Komando dan Pasukan Sandi Yudha. Adapun nama Kopassus baru dipakai sejak 26 Desember 1986 dan bertahan hingga kini.