Djaduk Butet
Oleh Dahlan Iskan"Pasang ring-nya setelah Ngayogjazz saja," ujar Djaduk.
Keluhan-keluhan sesak diatasi dengan kerokan dulu. "Djaduk suka sekali dikeroki," ujar Rondang --yang suka menggendok Djaduk di saat kecil dulu.
Begitu pun Butet: seni mengalahkan kesehatannya. Jantungnya sudah dipasangi ring. Satu.
Biarpun begitu jantung itu tidak menghalanginya pentas. Bahkan di pentas Para Pensiunan dilakoninya sambil berpacu dengan jantungnya. Sesekali detak jantungnya sampai berhenti.
Setiap habis tampil Butet harus terduduk. Di belakang panggung. Lalu tidak ingat apa-apa.
Tiba-tiba terbangun. Hanya untuk bertanya: apakah sudah waktunya adegan yang harus diperankannya?
Butet bisa muncul lagi di panggung. Habis itu terduduk lagi di belakang panggung. Pingsan lagi. Bangun. Bertanya lagi: sudah giliran saya tampil?
Malam itu anak bungsu Butet yang cantik itu sampai menjaga bapaknya di belakang panggung. Di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Sampai selesai.