Dokter Sunardi
Oleh Dhimam Abror Djuraidjpnn.com - Di mata pasukan Detasemen Khusus Antiteror (Densus 88) Polri, Dokter Sunardi adalah teroris berbahaya. Oleh karena itu ketika ada indikasi melawan saat disergap, warga Sukoharjo, Jawa Tengah itu tidak dilumpuhkan, tetapi langsung dimatikan.
Dokter berusia 54 tahun itu mengendarai mobilnya dalam perjalanan pulang dari tempat praktiknya di kawasan Kota Sukaharjo, Jawa Tengah sekitar pukul 21.00 WIB. Ketika disergap oleh pasukan Densus 88, dia dikabarkan melawan dengan menabrakkan mobilnya ke arah kendaraan penyergap dan melukai dua polisi.
Insiden itu sudah cukup menjadi alasan bagi Densus 88 untuk langsung menembak mati dr. Sunardi. Keterangan resmi yang dikeluarkan polisi menyebut tindakan dr. Sunardi membahayakan nyawa anggota Densus 88, sehingga target itu langsung dimatikan.
Begitulah versi polisi yang kemudian dirilis oleh berbagai media. Sunardi yang sudah bertahun-tahun berjalan dengan tongkat akibat penyakit strok, digambarkan dan diperlakukan musuh berbahaya.
Ketua RT setempat menggambarkan Sunardi sebagai orang yang tertutup dan jarang bersosialisasi dengan warga. Gambaran itu merupakan sebuah stereotip yang selalu sama dalam berbagai kasus penangkapan terduga teroris.
Perlawanan terhadap tindakan polisi muncul dari warganet yang membanjiri media sosial dengan berbagai protes keras. Tagar #PrayForDokterSunardi menggema di berbagai media sosial dan menjadi trending topic Twitter.
Berbagai informasi dan kesaksian warganet tentang Dokter Sunardi menjadi counter-information terhadap keterangan polisi yang one-sided yang hanya menyuarakan versi Polri. Informasi dari netizen memunculkan keraguan bahwa Dokter Sunardi adalah target yang berbahaya seperti klaim polisi.
Seorang netizen menyebutkan Dokter Sunardi ialah orang yang sangat baik dan kerap memberikan pengobatan gratis, sehingga ia disebut sebagai pejuang kemanusiaan. Tak hanya itu, pengakuan petugas bahwa Sunardi berupaya menabrakan mobilnya, juga diragukan.