Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia (2-Habis)
Sepotong Doa dari Pesantren Luqmanul HakimSelasa, 11 Agustus 2009 – 06:54 WIB
Dia menampik tudingan bahwa pesantren itu menyampaikan ajaran Islam garis keras. Pendidikan Islam di situ, kata dia, hampir sama dengan yang diajarkan di Pondok Pesantren Darus Sa?adah di Jateng. "Saye juge pernah ke Indonesia di Darus Sa?adah, tapi sudah lama lewat," kata Daus, panggilan akrabnya. "Tak benar kite teroris. Kite ni biase saje macam awak," timpal rekan Daus.
Tokoh lain yang juga pernah menjadi anggota dewan direktur Luqmanul Hakim adalah almarhum Dr Azhari. Disebut-sebut, setelah meninggalkan Luqmanul Hakim, Azhari bertolak ke Mindanao, Filipina Selatan, pada 1999, berlatih menembak dan meracik bahan peledak. "Pintu masuk ke dunia Islam garis keras adalah lewat Luqmanul Hakim. Setelah sekolah agama itu bubar, aksi bom bunuh diri dan teror mulai marak," terang seorang sumber di kepolisian Malaysia.
Kini suasana di pesantren itu layaknya kampung mati, meski pada siang hari. Sebagian ustad dan pengelola yang masih tinggal di situ sudah beralih profesi. Ada yang masih mengajar agama di sekolah umum, ada juga yang berdagang. Namun, ada juga yang tidak bekerja seperti istri Noordin, Siti Rahmah binti Rusdi.