Druze
Oleh Dahlan Iskan“Enak sekali,” kata saya. Tidak mewakili tenggorokan saya.
“Syukron jazila,” kata saya lagi.
Druze tua itu tersenyum. Menerima ucapan terima kasih saya dengan sangat senang. Pun isterinya.
Saya ternyata dianggapnya bisa makan bulgur. Bulgur di Lebanon tidak ada hubungannya dengan status kaya-miskin.
Selama saya makan itulah. Beberapa petugas keamanan keluar masuk kantin. Melihat saya. Bertegur sapa.
Ternyata kantin itu bagian dari dapur istana. Yang memasakkan seluruh petugas keamanan di situ. Sekitar 40 orang banyaknya. Druze tua tadi, dan isterinya tadi, adalah juru masaknya.
Bereslah.
Selesai makan itu saya dipersilakan masuk istana. Bahkan tidak perlu mengajari sopir mencuri foto. Saya dibebaskan memotret apa saja.