Druze
Oleh Dahlan IskanRabu, 26 Desember 2018 – 04:50 WIB
Hanya saja yang ini di arah sebaliknya: di Lebanon selatan. Ia takut bukan main. “Nanti kita ditembak,” katanya.
Berkali-kali. Sambil tidak yakin saya mengerti peringatannya. Lalu menunjukkan gerakan tembak-tembakan. Dengan tangan dan jarinya.
All about money.
Ia berangkat juga.
Sampailah saya ke istana Kamal Jumblatt itu. Yang kini ditempati anaknya, Walid Jumblatt.
Takut sekali. Sopir saya itu.
Saya tahu. Atau menduga. Masih ada trauma di pikirannya. Atau curiga. Akibat cerita yang melegenda.
Permusuhan antara kelompoknya. Dengan kelompok Druze sepanjang masa. Masa lalu.