Dua Alat Deteksi Covid-19 Unpad-ITB Masuki Validasi Sampel Virus
Yusuf mengatakan, pihaknya bersama mitra industri sedang melengkapi fasilitas assembly tes cepat dan produksi 5.000 kit pada Mei-Juni untuk keperluan validasi.
Setelah validasi menunjukkan hasil yang baik, pada Juli 2020, pihaknya akan produksi 10.000 kit, kemudian dilanjutkan 50.000 kit per bulan sesuai dengan kapasitas produksi mitra saat ini. Jika diperlukan lebih banyak, kata Yusuf, pihaknya mengajak partisipasi berbagai pihak untuk meningkatkan kapasitas produksi tersebut.
"Cara kerja tes cepat 2.0 ini, sampel usap dicampurkan ke larutan khusus, kemudian diteteskan ke alatnya. Sama dengan tes cepat yang sekarang, 10-15 menit hasilnya keluar. Selain swab nasofaring, kami juga sedang mengembangkan sampling dari air liur," katanya.
Adapun SPR atau Surface Plasmon Resonance, kata Yusuf, dikembangkan bersama-sama oleh ITB dan Unpad yang tergabung dalam Gugus Tugas Riset dan Inovasi Penanganan COVID-19 (TFRIC-19), yang diinisiasi dan dikoordinasikan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kemenristek/BRIN.
SPR dikembangkan untuk bisa berfungsi sebagai detektor COVID-19. Alat seukuran aki mobil itu dapat mendeteksi interaksi antara biosensor dan virus SARS-CoV-2.
"Cara kerjanya, sampel biologis yang diambil dari pasien atau dalam VTM (viral transport medium) akan dicampur dengan pelarut kemudian dialirkan pada alat SPR. Jika ada virus dalam sampel, maka nanti akan ada perubahan sinyal yang dapat dibaca pada alatnya," ujarnya.
"SPR ini dikembangkan sebagai metode alternatif (pendeteksi COVID-19) yang diharapkan memiliki akurasi yang baik setara dengan PCR. ITB mengembangkan metode SPR-nya, dan Unpad mengembangkan biosensornya, yakni molekul yang bisa menangkap virusnya," katanya.
Kepala Pusat Studi Infeksi Fakultas Kedokteran Unpad Bachti Alisjahbana mengatakan validasi bertujuan untuk meyakinkan atau menilai kualitas tea cepat 2.0 dan SPR.