Dua Perempuan Pentolan Honorer K2, Jago Lobi Tebal Muka
Belum lagi harus berhadapan dengan sesama honorer K2 yang saling sikut karena merasa paling berjasa. Namun, lagi-lagi Nurbaiti berusaha tegar. Dia tidak ingin visi misi itu hancur hanya karena bermain dengan perasaannya.
Sebenarnya kata Nurbaiti, ada rasa lelah dan jenuh berjuang mendapatkan status PNS. Apalagi sudah banyak yang dikorbankan tapi belum ada hasilnya. Namun ketika semangat itu luntur, rekan honorer K2 lainnya yang menyemangati.
"Bohong kalau bilang enggak bosan. Kalau enggak bosan, tidak mungkin banyak honorer K2 yang memilih berhenti dan pindah profesi. Yang bertahan ini hanya orang-orang yang tidak punya pilihan lain. Ibaratnya sudah basah mandi saja sekalian," terangnya.
Pejuang K2 lainnya adalah Titi Purwaningsih. Guru SD di Banjarnegara ini juga pintar melobi. Tutur katanya yang lemah lembut tapi tegas membuat dia bisa masuk ke semua lini. Tak heran dia didaulat jadi ketua umum Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I).
Menjadi ketum membuat Titi harus mengorbankan kepentingan keluarga. Bahkan saat hamil hingga kini anaknya usia dua tahunan, Titi warawiri Banjarnegara-Jakarta mengurus honorer K2. Beban Titi sangat berat manakala setiap perjuangan dimentahkan pemerintah.
Sebagai perempuan, Titi kadang merasa tidak berdaya. Dia pun harus tebal muka ketika berhadapan dengan siapa saja yang dirasa bisa membantu honorer K2 menjadi PNS.
"Kadang kalau yang ditemui itu agak cuek kami harus tebal muka. Namanya minta bantuan disuruh apa saja kami lakukan walaupun hati kami berontak. Sering juga kami dimarahi tapi ya siap saja," tuturnya.
Yang membuat Titi kecewa ketika isu penipuan merebak di FHK2I. Oknum pengurus disebut-sebut meminta uang kepada anggota forum dengan alasan untuk pengurusan CPNS. Bagi yang tidak mau membayar akan dihapus dari data base.