Duet Ciptakan Jam Berbahan Semen
Apalagi, lanjut Edo, di Indonesia belum ada pabrik yang secara khusus membuat bagian-bagian jam seperti jarum. "Mesin pakai Jepang. Jarum juga tidak ada yang jual. Tipis banget, tidak ada perajin yang bikin itu," katanya.
Lakanua memiliki dua jenis produk jam: bentuk geometrik dan bulat. Dari segi warna juga ada dua jenis. Yakni, abu-abu dengan kepekatan mencapai 50 persen dan 90 persen.
Segmen yang disasar adalah kelas menengah ke atas. Banderol harga jam tangan tersebut memang cukup tinggi, yakni minimal Rp 1 juta. Meski demikian, Lakanua juga mulai menyasar kalangan menengah ke bawah dengan brand 247 yang berbahan logam. Selain itu, fokus lainnya adalah menaikkan jumlah produksi.
Selama ini produksi Lakanua mencapai 50 jam tangan dalam sebulan. Edo dan Restu berencana meningkatkan kapasitas produksi hingga 150 jam tangan per bulan. Sebab, permintaan jam tangan Lakanua cukup tinggi. Misalnya, Bali dan Singapura yang minta dipasok 50 hingga 100 jam tangan.
Kenaikan produksi itu sejalan dengan akan dibukanya offline store Lakanua di Bandung akhir tahun ini. Selama ini Restu dan Edo menggunakan media sosial maupun pameran untuk mengenalkan produk. "Untuk jam tangan semen ini memang orang lebih suka mencoba langsung," imbuh pria berusia 28 tahun tersebut.
Kerja keras Edo dan Restu menciptakan produk inovatif dan kreatif mendapat apresiasi. Lakanua menjadi salah satu creativepreneur di Top 20 The Big Start Indonesia Season 2 yang diadakan Blibli.com. Lakanua juga berhasil menjadi pemenang kedua dalam ajang Inacraft (Indonesia Handicraft) Award 2018 kategori Other Natural Materials. (Virdita Rizki Ratriani/c25/fal)