Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Dulu Ada Dua Ribu, Kini Tinggal Hitungan Jari

Rabu, 30 Desember 2009 – 02:02 WIB
Dulu Ada Dua Ribu, Kini Tinggal Hitungan Jari - JPNN.COM
BULE - Irwandi Puteh, salah seorang keturunan Portugal yang tersisa di Lamno, Aceh Jaya, Minggu (27/12) kemarin saat menjaga tokonya. Foto: Agus Wahyudi/Jawa Pos.
Bule Lamno adalah warga keturunan Portugis yang banyak bermukim di wilayah Kuala Lam Besoe dan Kuala Daya, Kecamatan Lamno. Ini kawasan pantai yang menjadi permukiman. Umumnya mereka bekerja sebagai nelayan.

Tentara Portugis mendarat di Pantai Lamno sejak abad ke-14. Mereka hendak menguasai pantai Barat Aceh sebagai wilayah perdagangan. Karena tinggal cukup lama, mereka kemudian menikah dengan warga setempat dan beranak pinak di tempat yang sama.

Di Aceh, penduduk keturunan Portugis itu juga dikenal dengan julukan "si mata biru?. Ini karena mata mereka yang umumnya biru. Di wilayah itu mereka sudah berakulturasi dengan budaya setempat. Mereka juga kawin dengan warga lokal dan memakai nama lokal, sehingga si mata biru semakin banyak dan mudah dijumpai. "Dulu di sekitar sini (Lamno) ada rumah makan, pelayannya ya bule Lamno itu, cantik sekali. Saya sering mengantar tamu kemari," ujar Baharudin, sopir yang mengantar Jawa Pos dari Banda Aceh ke Lamno.

Menurut dia, meski orang kampung, bule Lamno makin cantik bila sudah berdandan dengan busana ala orang-orang kota. Sebelum tsunami, pejabat-pejabat di Banda Aceh yang masih bujang juga banyak yang mempersunting gadis Lamno.

Dulu, kawasan Lamno terkenal dengan penduduknya yang bermata biru, berambut pirang, berkulit putih, dan berhidung mancung. Mereka adalah keturunan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close