Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
“Meski lahan bercocok tanam ini pasir tailing, tapi sayuran dan buah-buahan bisa tumbuh baik dan aman dikonsumsi,” katanya.
Sebelum bergabung bersama PTFI, Tina muda menjadi Penerjemah Bahasa Amungme di RS Banti.
“Dulu saya membantu orang-orang dari gunung yang mau berobat ke rumah sakit. Mereka sulit berkomunikasi dengan petugas rumah sakit. Saya yang membantu mereka cerita keluhan sakitnya ke petugas kesehatan,” kata Tina yang mengaku dari profesinya ini belajar berbahasa Indonesia dengan baik.
Selama sembilan tahun ia menjadi juru Bahasa, hingga kemudian PTFI membuka pelatihan untuk calon pengusaha dari tujuh suku di sekitar kawasan pertambangan.
“Di Freeport belajar mengelola keuangan, mendirikan usaha, mengatur karyawan. Orang-orang Freeport sudah seperti guru saya, mendampingi saya sampai bisa bekerja,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Kini 12 tahun berlalu sejak Tina bermitra dengan Freeport. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, Tina berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga universitas, mampu menyediakan rumah sehat untuk keluarga, dan punya kendaraan sendiri.
“Itu yang saya pikir tadinya hanya bisa didapatkan orang yang sekolah tinggi (universitas). Tapi saya bisa buktikan, saya mampu,” katanya.
Senada dengan Tina, kehidupan Frederikus Okoare (42) terus meningkat sejak bergabung sebagai mitra PTFI.