Dulu Sempat Minder, Kini Jadi Transformer
Senin, 11 Februari 2013 – 08:43 WIB
Tamat dari SMA di Sukabumi pada 1996, Dudi nyaris tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya. Ayahnya hanya guru honorer. Sejak kelas 4 SD, Dudi diasuh kakeknya. "Prinsip saya, jika ada keinginan, selama impian jelas, selama kebiasaan-kebiasaan untuk meraih impian itu konsisten, saya yakin tercapai," katanya. Keyakinan Dudi terbukti. Pamannya bersedia membiayai kuliahnya selama dua semester. Syaratnya, Dudi harus memenuhi biaya hidupnya sendiri.
Dudi menerima tantangan itu. Dia mengambil program D-3 di Akademi Kimia Analisis Bogor. Di sela-sela kuliah, Dudi menjadi guru les matematika, fisika, dan kimia. Dari sana dia bisa menutupi biaya hidup bulanan. "Padahal, waktu SD nilai matematika atau IPA saya selalu semangat 45. Kalau nggak nilainya 4 ya 5," ujar Dudi lantas terkekeh.
Setahun menimba ilmu, sang paman benar-benar tidak bisa lagi membiayai kuliah Dudi. Anak-anak pamannya yang bertambah besar tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untungnya, Dudi berhasil mendapatkan beasiswa pada 1999.