Eko Ariyanto Sudah Donor Darah 100 Kali di Australia, Dua Minggu Sekali
'Tidak suka dengan jarum suntik'
Menurut Eko, yang pindah ke Australia di tahun 2000, kegiatan menyumbang darah sudah menjadi rutinitasnya, walau sebenarnya tidak suka dengan jarum suntik.
"Tetapi tidak apalah sakit sedikit pas saat jarum donor masuk ke tubuh kita … untuk kesehatan yang lebih baik bagi penerima donor darah," katanya.
Eko sering kali melihat pesan-pesan yang beredar di media sosial membutuhkan darah bagi mereka yang dalam keadaan kritis.
Ia mengaku kalau belum pernah langsung menolong yang butuh darah, namun bantuan yang diberikannya adalah untuk membantu sebelum darah dibutuhkan.
Sebagai pendonor darah rutin di Australia, Eko sudah memahami soal darah, termasuk perbedaan plasma dan sel darah.
"Perbedaannya yang sederhana kalau donor plasma hanya diambil plasmanya saja kemudian komponen lainnya seperti sel darah merah dikembalikan lagi ke tubuh kita," kata Eko.
Dalam prosesnya donor plasma membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan donor darah biasa, tambahnya.