Eksodus Venezuela Bikin Pening Tetangga
Sejak Selasa, para pejabat imigrasi Brasil, Peru, Ekuador, dan Kolombia menggelar pertemuan di Bogota. Dalam pertemuan dua hari itu, mereka membahas tentang para pengungsi Venezuela. Perundingan itu berlanjut di tingkat menteri luar negeri pekan depan. Rencananya, pertemuan dihelat di Ekuador.
’’Jika kita bicara skala, (arus pengungsi Venezuela) setara dengan eksodus penduduk Syria,’’ ujar Luisa Feline Freier, asisten dosen ilmu sosial dan politik Universidad del Pacifico, Peru, seperti dilansir Euro News.
Dia mengatakan bahwa eksodus penduduk Venezuela ke negara-negara Amerika Latin akan menyalip eksodus Syria. Itu jika pemerintah Venezuela tidak segera berbenah.
Negara-negara tetangga mulai mengeluhkan derasnya arus pengungsi dari Venezuela. Jika Brasil mengerahkan pasukan bersenjata ke perbatasan, Peru bahkan mendeklarasikan situasi darurat kesehatan.
Status itu berlaku selama 60 hari di dua provinsi yang berbatasan dengan Venezuela. Otoritas kesehatan Peru khawatir para pengungsi tersebut menyebarkan penyakit campak dan malaria.
Di Peru ada lebih dari 400 ribu imigran asal Venezuela. Sekitar 178 ribu di antaranya sudah mengantongi izin tinggal legal. Ada juga yang izinnya sedang diproses.
Peru berusaha membatasi jumlah tersebut dengan menerapkan aturan ketat bagi pemohon izin. Yakni, wajib punya paspor. Kebijakan yang berlaku sejak Sabtu (25/8) itu berhasil menekan masuknya imigran Venezuela hingga 50 persen.
Mereka yang tidak punya paspor tak kehilangan akal. Bukannya mengajukan izin tinggal, mereka mengajukan permohonan sebagai pencari suaka. Setiap hari jumlah pemohon suaka mencapai ratusan orang.