Eksplorasi Migas Saat Ini Masih Konservatif
jpnn.com, JAKARTA - Eksplorasi migas di Indonesia, dalam satu dekade terakhir masih sangat konservatif. Dalam pengertian bahwa eksplorasi dilakukan pada area brown field yang sudah dirambah. Padahal, seharusnya eksplorasi dilakukan di area greenfield yang masih perawan.
“Bahkan, perusahaan asing pun melakukan eksplorasi konservatif yaitu hanya di brownfield. Begitu pula Caltex dan Exxon Mobil di Blok Cepu,” kata Direktur Center for Energy Policy Kholid Syeirazi di Jakarta, Jum'at (21/9).
Dalam konteks itulah Kholid meminta semua pihak agar memberi dukungan terhadap operator, termasuk Pertamina, agar eskplorasi yang dilakukan bisa fokus pada area greenfield yang sama sekali belum dirambah.
Dukungan harus diberikan, mengingat dari 128 cekungan, baru 38 yang digarap. Sedangkan sisanya, yaitu 90 cekungan masih perawan.
Menurut Kholid, maraknya eksplorasi konservatif, karena memang regulasi di hulu yang tidak pasti. Untuk itu dia berharap, agar semua pihak termasuk pemerintah, mendukung operator sehingga mereka bisa merambah pada area yang masih perawan.
Begitupun Kholid memberi apresiasi kepada Pertamina atas berbagai eksplorasi di dalam negeri saat ini, yang menurutnya termasuk agresif. “Ikhtiar Pertamina harus diapresiasi. Semua pihak harus mendukung,” lanjut dia.
Kholid menambahkan, berbagai eksplorasi agresif seperti yang dilakukan Pertamina memang wajib dilakukan. Karena pada industri hulu migas, eksplorasi merupakan nyawa dari kegiatan hulu itu sendiri. “Tanpa eksplorasi tidak mungkin ada lifting, tidak mungkin ada produksi. Tanpa eksplorasi itu nothing,” kata dia.
Oleh karena itu, masa depan industri migas Indonesia, termasuk yang dilakukan Pertamina memang harus bermula dari eksplorasi. Semakin agresif melakukan eksplorasi, berarti kemungkinan menambah produksi semakin besar.