Elektabilitas Airlangga Rendah, Golkar Bakal Menanggung Beban Berat
“Mereka menerapkan politainment di ranah digital karena publik mengenal politisi dari medsos. Siapa yang viral dan 'happening' di medsos bisa mengonversi popularitas tersebut jadi nilai elektabilitas," beber Alvin.
Selain itu, lanjutnya, Airlangga juga tidak bisa hanya berusaha menang di survei. Dalam ranah komunikasi digital ada pemahaman akan sentiment analysis. Data berupa komentar publik di medsos bisa langsung memberikan gambaran jelas elektabilitas Airlangga.
Maka dari itu, langkah Airlangga ke depan dalam komunikasi politiknya perlu berubah. Jika masih terus seperti saat ini maka langkah menjadi capres akan sangat terjal.
"Perolehan suara Golkar saat ini 12,8 persen sehingga butuh dukungan dari partai lain. Bila popularitas dan elektabilitas Airlangga tidak berubah maka sulit mencari partai yang mau mendukung Airlangga," pungkas Alvin.
Sebelumnya, Inisiator Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) Sirajuddin Abdul Wahab mengatakan elektabilitas Airlangga Hartarto sangatlah memprihatinkan.
Hal ini merujuk dari data survei Voxpol Center yang menyebutkan Airlangga Hartarto hanya mendapatkan 0,8 persen. Sementara di Indikator Politik Indonesia sebesar 0,2 persen.
“Selain elektabilitas yang defisit, hal ini diperparah dengan elektabilitas ketua umum yang diusung menjadi capres yang memprihatinkan dan memalukan,” ujar Sirajuddin dalam jumpa pers di kawasan Jakarta Selatan, Jakarta, Kamis (13/1).
“Selain elektabilitas yang defisit, hal ini diperparah dengan elektabilitas ketua umum yang diusung menjadi capres yang memprihatinkan dan memalukan,” ujar Sirajuddin dalam jumpa pers di kawasan Jakarta Selatan, Jakarta, Kamis (13/1).