Elektabilitas Jokowi – Ma’ruf Sempat Unggul di Jabar tapi Tiba-tiba Anjlok 8%
jpnn.com, JAKARTA - Pertarungan dua kubu di Pilpres 2019 sangat dipengaruhi perolehan suara di Pulau Jawa. Mengacu perolehan suara pada Pilpres 2014, Jateng memang menjadi kantong suara terbesar Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla saat itu. Pasangan tersebut mampu meraup 66,65 persen suara.
Unggul lumayan jauh atas Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa (33,35 persen). Di Jatim, Jokowi unggul dengan raihan 53,17 persen. Sementara itu, di Jabar, Prabowo lebih unggul dengan capaian 59,78 persen.
Karena tiga provinsi tersebut memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, selisih keunggulan juga besar. Yakni, 1,4 juta–6,5 juta suara. Sebagai perbandingan, selisih 6,5 juta suara bisa setara dengan total suara gabungan tiga provinsi lain.
Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf mengakui bahwa pihaknya harus berjuang menaikkan elektabilitas di Jabar. Survei internal mereka menyebut Jokowi - Ma’aruf sempat unggul 4 persen atas Prabowo-Sandi. Namun, elektabiltas itu kemudian anjlok 8 persen.
BACA JUGA: Eggi Sudjana Usul Kopassus Ikut Amankan Kotak Suara
Ace Hasan Syadzily, juru bicara TKN Jokowi-Ma’ruf, mengatakan, turunnya elektabilitas paslon 01 di Jabar disebabkan penyebaran hoaks. Misalnya, penyebaran berita bahwa jika menang, Jokowi akan melegalkan LGBT dan nikah sesama jenis serta melarang azan. Juga masih ada isu tidak benar lainnya.
Menurut dia, isu tersebut sangat kuat dan melekat di masyarakat Jabar. Banyak yang percaya dengan berita bohong itu. Padahal, papar dia, informasi yang didengar dan diterima masyarakat tersebut tidak benar.
Politikus Partai Golkar itu mengatakan bahwa pihaknya berupaya keras melakukan klarifikasi dan menyampaikan kepada masyarakat bahwa berita tersebut bohong.