Emiten Media Panen Iklan Barang Konsumsi dan Politik
Tim Riset PT Mandiri Sekuritas, Rizky Hidayat, mengatakan permintaan iklan yang lebih besar dari barang konsumsi sehari-hari (fast moving consumer goods/FMCG) dan partai politik diprediksi akan mendongrak pertumbuhan belanja iklan (ADEX) 2014 menjadi 20 persen secara tahunan (Year on Year). "Karena itu kami menilai sektor media Indonesia akan menguntungkan di tengah potensi pertumbuhan dengan risko penurunan margin secara terbatas," ungkapnya dalam risetnya, kemarin.
Prediksi pertumbuhan TV ADEX sebesar 20 persen pada tahun ini diyakini terjadi karena faktor pemilihan umum (Pemilu) dan Piala Dunia 2014 yang berlangsung pertengahan tahun ini.
"Karena pemilu akan mengangkat belanja iklan 2014. Iklan politik diprediksi berporsi 11 persen dari total iklan TV tahun ini. Kami menilai bahwa porsi iklan barang konsumsi akan menjadi katalis utama, didukung oleh Piala Dunia ketika perusahaan seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR) PT Gudang Garam Tbk (GGRM) akan meningkatkan anggaran iklan dan promosi (A&P)nya," ujarnya yakin.
Risky mengatakan, pihaknya secara umum juga menilai perusahaan barang konsumsi akan meningkatkan anggaran A&P-nya secara rata-rata 30 persen tahun ini dibandingkan tahun-tahun tanpa pemilu dan Piala Dunia sebesar 15 persen (year on year). Tarif iklan prime time termahal di Indonesia saat ini adalah USD 6.000 per slot di RCTI milik MNCN. Nilai itu, menurutnya, masih lebih murah 40 persen dibandingkan negara tetangga seperti Thailand dan Filipina.
"Kami menilai bahwa suplai dari channel free-to-air (FTA) lokal dan kompetisi yang ketat untuk mendapatkan pangsa pasar penonton akan menguntungkan perusahaan yang memiliki daya tawar yang tinggi untuk meningkatkan tarif iklan," paparnya.
Namun, SCMA merupakan pemimpin dalam hal pangsa pasar penonton. Saat ini, iklan TV memberi kontribusi sebesar 70 persen dari total iklan media.
Selain dari sejumlah keunggulan itu, emiten sektor media masih memiliki beberapa risiko di antaranya anggaran iklan dan promosi dari korporasi yang lebih rendah secara umum dan melemahnya nilai tukar rupiah. Selain itu juga ada intervensi pemerintah melalui aturan iklan dan kenaikan dari beban konten.(gen)