Empat Kali Dirampok, Nyaris Tewas di Laut Wakatobi
"Sayang, ayah tidak sempat menyaksikan karya saya ini. Beliau keburu meninggal pada akhir 2005," katanya.
Petualangan Ebbie dimulai pada Januari 2005. Dia mengawalinya dari nol. Sebab, dia sama sekali tidak memiliki latar belakang keahlian fotografi. Karena itu, hal pertama yang dilakukan adalah membeli kamera, lalu mempelajari lewat manual book-nya. Tapi, baru enam bulan kemudian, dia mulai mengerti teknik fotografi, mulai komposisi, pencahayaan, dan sebagainya.
Selama berkeliling Indonesia itu, Ebbie dituntut pandai-pandai memanajemen segala kebutuhannya, terutama keuangan yang terbatas. Dia tidak tahu jumlah uang yang dikeluarkan selama sembilan tahun petualangannya.
"Yang jelas, miliaran rupiah. Selain untuk kebutuhan sehari-hari, saya harus sewa kapal, beli alat-alat, bodi kamera, dan lain-lain," ujarnya.
Selama sembilan tahun berkeliling Indonesia, Ebbie tercatat membeli sembilan bodi SLR, beberapa pocket camera, serta belasan lensa.
Empat tahun petualangannya, Ebbie kehabisan uang. Untungnya, sang ibu, Dewi Warni, mau men-support aktivitas anak sulungnya tersebut. Selain itu, foto-foto karya Ebbie mulai laku. Sejumlah perusahaan nasional memanfaatkan karya Ebbie untuk media promosi.
"Kami sekeluarga pusing kalau mikir duitnya. Yang penting bukunya kini sudah jadi," ujar kakak Dina Adelina dan Robi Ferdian tersebut sambil menepuk-nepuk buku karyanya.
Menurut Ebbie, tidak banyak yang tahu bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam serta bangunan heritage yang sangat luas. Yakni, benteng Keraton Buton yang luasnya mencapai 23 hektare. Foto Keraton Buton itu didokumentasikan dengan indah dalam buku Ebbie.