Enam Keputusan untuk Bali
Selasa, 20 April 2010 – 11:40 WIB
Tapi jalan keluar harus ditemukan agar penyewaan ini tidak terlalu memberatkan PLN Bali. Ada titik terang. Sewa 80 MW itu hanya diperlukan waktu beban puncak selama lima jam saja. Antara pukul 5 sore sampai 10 malam. Harga sewanya pun murah. Dibuka saja di sini: paling tinggi Rp 1.400/kwh.
Persoalannya: maukah pemilik mesin itu hanya disewa 5 jam sehari? Tentu tidak. Harus 24 jam. Lalu bagaimana?
Teman-teman di Bali punya pemikiran yang istimewa. Mesin sewaan itu bisa dijalankan 24 jam. Justru mesinnya PLN sendiri yang dimatikan. Apakah ini tidak terkesan menguntungkan “orang lain”? Tidak. Sebab mesin milik PLN itu borosnya bukan main. Jatuhnya lebih mahal: Rp 2.000/kwh. Selisih Rp 600/kwh. Maklum, PLN menggunakan pembangkit tahun 1974. Dengan demikian ide menyewa mesin 80 MW dadakan ini fisible dilakukan. Di samping bisa mengatasi krisis di Bali bulan Juli nanti, hitung-hitungan bisnisnya juga masuk.