Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Erupsi Reda, Waspada Lahar Dingin

Minggu, 16 Februari 2014 – 07:38 WIB
Erupsi Reda, Waspada Lahar Dingin - JPNN.COM

jpnn.com - KEDIRI – Dua hari setelah letusan dahsyat Kamis malam lalu (13/2), aktivitas vulkanis Gunung Kelud cenderung menurun. Hujan abu tidak lagi sebesar sebelumnya. Meski begitu, ancaman dari gunung berapi tersebut belum benar-benar hilang. Warga khawatir sewaktu-waktu Kelud memuntahkan lahar dingin.

Itu dipicu hujan yang terjadi di wilayah sekitar Kelud seharian kemarin. Di antaranya, di Kecamatan Ngancar dan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Hujan memang tidak terlalu deras. Warga waswas intensitas hujan meningkat dan bergeser ke kawasan gunung. Kondisi tersebut bisa mengakibatkan material vulkanis di puncak gunung muntah.

Biasanya, muntahan itu memiliki kecepatan yang dahsyat dan menyapu apa pun yang dilewati. ”Biasanya memang tidak hanya abu yang muntah. Lahar dingin juga bisa turun,” kata Dicky, petugas evakuasi pengungsi di Pabrik Gula Jengkol, Ploso Klaten.

Pengalaman letusan Kelud sebelumnya masih terngiang di ingatan warga sekitar. ”Biasane mboten awu kemawon, laharipun nggih medal sedanten (biasanya bukan abu saja, lahar dingin juga tumpah semua, Red),” ungkap Misni, 80, warga Simbar Lor, Ploso Klaten. Dia merasakan letusan Kelud pada 1951, 1966, dan 1990.

Karena itu, kendati erupsi Kelud mereda, petugas melarang warga kembali ke rumah masing-masing sebelum situasi benar-benar aman. Namun, hal tersebut bukan pekerjaan enteng. Banyak warga yang minta izin pulang untuk membersihkan rumah atau memberi makan ternak. ”Kalau sudah begitu, apa boleh buat, kami tak bisa mencegah,” kata Dicky.

Budiono, warga yang mengungsi di Balai Desa Tawang, Kecamatan Wates, mempunyai pengalaman menyaksikan lahar dingin Kelud. Mengerikan. Saking derasnya aliran air, suaranya berdengung seperti kapal berjalan.

Lahar dingin yang tumpah biasanya mengakibatkan banyak kerusakan. Yang sudah pasti adalah rusaknya lahan pertanian berupa kebun dan sawah. Padahal, selama ini bertani dan berkebun adalah mata pencaharian warga yang tinggal di sekitar Gunung Kelud. Mereka mengembangkan tanaman nanas, tomat, cabai, cengkih, dan kopi.

Yang tak kalah membahayakan adalah aliran lahar dingin itu disertai material dari puncak gunung. Karena itu, warga harus ekstrahati-hati. Apalagi bila material yang terbawa adalah batu.

KEDIRI – Dua hari setelah letusan dahsyat Kamis malam lalu (13/2), aktivitas vulkanis Gunung Kelud cenderung menurun. Hujan abu tidak lagi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close