Etnis Minang Penuhi Kabinet SBY
Total 17 Persen KIB Jilid IIMinggu, 25 Oktober 2009 – 16:22 WIB
Sejalan dengan state nation orang Minang tersebut, salah satu tugas berat yang harus saya selesaikan adalah mengakselerasikan semua produk undang-undang yang selama ini tumpang-tindih dan kontradiktif. Sukses tidaknya kami di kabinet, sangat tergantung dari bantuan masyarakat Sumatera Barat baik di rantau maupun di kampung, imbuhnya.
Selain itu, tugas yang juga tidak kalah pentingnya adalah membenahi Lembaga Pemasyarakat (LP), keimigrasian, perizinan perseroan hak paten dan hak azasi manusia. "Dari pertemuan selama 4 jam dengan eselon I dan II di Depkum Ham, ternyata hutan-rimba departemen itu luar biasa," tegasnya.
Sementara itu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari, menegaskan bisa jadi salah satu pertimbangan Presiden SBY untuk memilih dirinya duduk di kabinet karena adanya prinsip kesetaraan gender yang dianut oleh Masyarakat Minang selama ini. "Saya memang sudah 19 tahun aktif di organisasi wanita baik nasional maupun internasional. Tapi ada modal lain yang saya kira juga jadi pertimbangan mendasar bagi presiden untuk menunjuk saya jadi menteri yakni latar belakang saya sebagai orang Minang yang sangat menghargai eksistensi perempuan sebagaimana yang tertuang dalam konsep "Bundo Kanduang."
Dia juga menjelaskan bahwa neneknya berasal dari Padang Pariaman dan kakek serta bapaknya Ahmad Taher (alm) dari Kota Medan. "Jadi dalam darah saya mengalir berbagai berbagai etnis, ada Minang, Medan, Jawa, Melayu. Tapi satu hal yang harus dipercaya oleh masyarakat Sumbar, kapanpun dan dimanapun, saya tetap mencintai Minangkabau. Jangan ada keraguan tentang cinta saya terhadap Sumbar," tegas Linda.