Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluh Pertanian untuk Menggenjot Produksi
"Selain itu perubahan iklim juga mempengaruhi, diantaranya beberapa perubahan variabel yaitu suhu yang semakin hari kian panas dan curah hujan yang maki tidak menentu, bahkan curah hujan di suatu tempat mengalami perubahan yang luar biasa dan berubah-ubah," katanya.
Dedi menambahkan, perubahan iklim ini menyebabkan es di kutub utara dan selatan mencair sehingga permukaan air laut meningkat. Hal ini menyebabkan air yang dari laut masuk ke daratan, padahal lahan-lahan pertanian ada di Indonesia lebih dari 70% berada di pesisir.
"Bisa kita bayangkan jika lahan pertanian bercampur dengan air laut semua tanaman akan mati dan ini mengganggu sistem produksi kita," katanya.
Dampak perubahan iklim lainnya adalah iklim ekstrim el nino kemarau berkepanjangan dan el nina banjir dimana-dimana dan frekuensi makin meningkat. Dulu sepuluh tahun sekali, saat ini lima tahun sekali bahkan ada tendensi tiga tahun sekali bahkan intensitasnya makin kuat.
Akibat perubahan iklim ekstrim ini, terjadi serangan hama penyakit tanaman di mana-mana dan sehingga menyebabkan sistem produksi di sentra pangan dunia terganggu.
"Akhirnya negara-negara produsen melakukan retriksi sehingga negara-negara produsen tidak melakukan ekspor, khawatir Covid-19 tidak berhenti sehingga menyebabkan ketersediaan pangan di pasar nasional menurun," katanya.
Dalam situasi seperti ini, solusinya adalah kurangi ketergantungan impor dengan genjot produksi dan produktivitas pangan, serta diservifikasi pangan lokal.
Ganti ketergantungan komoditas pangan impor dengan komoditas pangan lokal. Ini menjadi tugas dan peran penyuluh pertanian untuk menyampaikannya kepada masyarakat. Gunakan smart farming agar dapat menggenjot produksi pertanian kita. CSA dapat menyelamatkan produksi pertanian kita.