Fahri: Yang Puas Kinerja Jokowi di Bawah 50 Persen
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan, sistem kepemimpinan yang paling rumit adalah demokrasi.
Beda dengan sistem otoriter, yang sangat kokoh karena dasarnya tidak bisa didebat.
“Otoritarianisme misalnya raja, yang sumber powernya adalah darah (dalam defenisi macam-macam), sehingga sangat kuat. Tapi dalam demokrasi itu, suara rakyat dan ini paling goyang,” kata Fahri berbicara dalam acara Netizen #NgopiBarengFahri di bilangan Duren Sawit, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Suara rakyat itu, lanjut Fahri, sama dengan kurs mata uang, atau seperti harga saham di capital market yang follow tail (mengikuti) sifatnya.
Dalam artian, suara rakyat itu sifatnya tidak bisa diprediksi karena bisa berubah-ubah suatu saat. Hal itu bisa berlaku untuk Jokowi.
“Pagi Anda menang di pemilu, besoknya akseptabilitas atau kepuasan publik, itu bisa-bisa sudah turun dari anda kepilihnya berapa. Pak Jokowi sekarang, kepuasan publiknya ada di bawah 50, padahal waktu terpilih dia di atas 50. Follow tail suaranya. Kenapa? Karena sumbernya adalah persetujuan rakyat melalui kotak suara,” ujarnya.
Karena ini follow time, maka menurut politikus dari PKS itu, diperlukan pemimpin yang luas pemahamannya, pengertian dan kapasitasnya untuk menjalankan sistem ini agar lebih efektif.
Lantas, Fahri mengambil contoh bahwa demokrasi itu ibarat snartphone (handphone pintar) yang memiliki banyak fitur dan sangat kompleks.