Farel Prayoga
Oleh: Dhimam Abror DjuraidKarena itu, dia memperlakukan kekuasaannya sebagai sesuatu yang sakral.
Semua atribut kekuasaan kepresidenan juga menjadi objek sakralisasi.
Kekuasaan adalah sakral dan istana adalah sakral.
Tidak sembarang orang bisa memasuki Istana, dan ketika seseorang diizinkan masuk ke Istana dia tidak boleh bertindak sembarangan.
Bernyanyi dan berjoget di Istana tidak akan diizinkan oleh Soeharto karena bertentangan dengan sifat Istana yang sakral.
Kondisi itu berubah total setelah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi presiden.
Gus Dur melakukan dekonstruksi terhadap kekuasaan dan terhadap Istana.
Sebagai aktivis demokrasi yang berlatar belakang kiai, Gus Dur langsung melakukan desakralisasi dengan membongkar tatanan birokratis yang ditinggalkan oleh Pak Harto.