Fatayat NU Ingin Sebar Dai Wanita Anti-radikalisme ke Seluruh Indonesia
Selama ini, lanjut Suhardi, kaum perempuan telah banyak dimanfaatkan kaum radikalisme dan terorisme untuk melakukan aksi.
Fenomena itu sudah terjadi di luar negeri. Beruntung, upaya itu berhasil dicegah di Indonesia, seperti kasus bom panci di Bekasi, d imana calon 'pengantinnya' seorang perempuan.
Mereka bisa memanfaatkan kelemahan dan kodrat perempuan untuk direkrut menjadi teroris.
Contohnya, mungkin ada wanita dengan latar belakang tidak baik langsung dibaiat. Untuk menebus dosanya, perempuan itu harus menjadi 'pengantin'.
"Banyak kasus lain yang melibatkan perempuan seperti menjadikan perempuan sebagai kurir dan juga memanfaatkan perempuan untuk merekrut anggota lain. Itu dilakukan karena perempuan lebih bisa masuk ke mana-mana, bahkan mampu mengelabui petugas," tegas Suhardi.
Sementara itu, Ketua Fatayat NU Anggia Ermarini mengatakan, dai wanita anti-radikalisme siap berusaha keras untuk menjadi fasilitator di tengah-tengah masyarakat, terutama dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap ancaman radikalisme dan terorisme.
Menurutnya, dewasa ini kaum perempuan menghadapi sebuah tantangan baru dengan menyebarnya paham-paham radikal di tengah-tengah masyarakat. Ironisnya kini yang menjadi sasaran adalah kaum perempuan dan anak-anak.
"Sudah banyak bukti di depan mata kita bahwa betapa banyak anak-anak yang terpengaruh radikalisme dan terorisme. Kami berharap dengan adanya sinergi dengan BNPT melalui daiyah anti-radikalisme ini, kami juga bisa berperan dalam menangkal paham radikal terorisme," kata Anggia Ermarini.