Forum CSR Ajak Masyarakat Tak Mau Diperalat Kepentingan Politik Tertentu
"Terbangun polarisasi yang tajam di Pilkada DKI 2017 baik karena faktor identitas, politik maupun ideologi. Rakyat terbelah dan terjadi garis permusuhan, bahkan menembus lingkaran persahabatan yang sudah terbangun lama, pun sampai ke level keluarga," ucapnya.
Menurut Mahir, rotasi dukungan di seputaran para politikus kini terlihat sangat jelas di Pilpres 2024.
"Namun, mereka (para elite) sepertinya fine-fine saja," ucap Mahir.
Untuk itu Mahir mengajak rakyat Indonesia memahami bahwa dalam politik tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi.
"Hari ini menjadi lawan, besok sudah berkawan, begitu sebaliknya," katanya.
Mahir juga mengajak masyarakat memahami politik adalah permainan yang sangat dinamis dan segala kemungkinan bisa terjadi.
"Kenapa untuk ukuran kontestasi lima tahunan saja harus seperti perang Bharatayuddha? Padahal, para elite politik mengajarkan inkonsistensi dalam mendukung sebuah kontestasi politik dan semua punya beribu alasan pragmatis untuk berebut kekuasaan politik," ucapnya.
Mahir lebih lanjut mengajak masyarakat tidak terbawa perasaan dalam melihat dinamika politik, termasuk di Pemilu 2024.