Founder GSM Optimistis MPLS Menyenangkan Solusi Mengatasi Perundungan & Kekerasan
Lebih mengkhawatirkan lagi, para siswa merasa bahwa sekolah tidak memberikan perubahan positif dan pertumbuhan dalam hidup mereka.
"Hal ini terbukti dari rendahnya tingkat minat siswa Indonesia untuk memiliki pola pikir berkembang (growth mindset) dan menganggap pendidikan sebagai hal yang penting, hanya sebesar 29% dibandingkan dengan 63% siswa di negara lain," tutur Nur Rizal dalam diskusi pendidikan secara daring dengan tema MPLS Menyenangkan, Rabu (12/7).
Melihat fenomena tersebut, Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini mengatakan perlu dibangun budaya baru di tahun ajaran baru melalui MPLS Menyenangkan.
Hal yang menyenangkan dijadikan dasar untuk menemukan antusiasme dan kecanduan siswa akan dunia sekolah.
Rizal yakin apabila siswa dan guru menemukan fondasi mendidik yang menyenangkan, maka kasus-kasus patologi seperti bullying, kekerasan verbal, fisik, psikis, dan bahkan seksual, yang tingkat kekerasannya di Indonesia hampir dua kali lipat dari negara-negara lain berdasarkan survei OECD, dapat teratasi.
MPLS Menyenangkan ungkap Rizal, berfokus pada pendidikan memanusiakan di tahun ajaran baru.
"Kami berusaha untuk melawan kekerasan dan budaya feodalistik senioritas dan junioritas yang berdampak buruk pada kemampuan adaptasi, kemauan berliterasi, dan growth mindset siswa baru,” terangnya.
GSM mengajak seluruh sekolah di Indonesia untuk bersama-sama memulai perjalanan baru untuk mengentaskan permasalahan kekerasan dan budaya feodalistik di sekolah melalui kegiatan MPLS Menyenangkan.