FSI Imbau Anggota ASEAN Bersatu dan Tegas Hadapi Provokasi China di LCS
jpnn.com, JAKARTA - Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dinilai perlu memperkuat persatuan dan bersikap lebih tegas menghadapi Republik Rakyat China (RRC) yang bertingkah makin agresif di Laut China Selatan (LCS).
Khususnya di wilayah yang menjadi Zona Ekonomi Ekslufif (ZEE) Filipina, antara lain di Dangkalan Thomas II (oleh Filipina disebut sebagai Ayungin Shoal) akhir-akhir ini.
Pandangan tersebut disampaikan oleh Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) Johanes Herlijanto dalam seminar publik FSI yang berjudul China, Filipina, dan Ketegangan Kawasan Asia Tenggara di Jakarta, Kamis (14/12).
Menurut dia, tindakan agresif yang dilakukan RRC terhadap Filipina, bahkan terhadap negara-negara ASEAN lain, seperti Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, dapat ditelusuri hingga setidaknya satu dasawarsa lalu.
"Filipina telah mengambil berbagai langkah yang berbeda-beda, salah satunya mengajukan gugatan terhadap RRC kepada Mahkamah Arbritase Internasional di Den Haag, dengan hasil yang memperkuat posisi hukum dalam hal kepemilikan ZEE mereka di LCS,” tutur Johanes.
Dia mengingatkan bahwa hasil Mahkamah Arbritase Internasional pada 2016, bahkan menganggap klaim RRC di sebagian besar wilayah LCS tidak memiliki dasar hukum dan tidak sesuai dengan UNCLOS.
"RRC menolak untuk menaati keputusan mahkamah internasional, sehingga Filipina tampaknya mencoba cara yang lebih halus, yaitu dengan membangun pertemanan, khususnya pada era kepresidenan Durtete," bebernya.
Lanjut Johanes, baik strategi yang tegas maupun upaya pertemanan yang telah dilakukan oleh Filipina tidak membuat RRC menghentikan langkah agresifnya pada negara Asia Tenggara itu. Tindakan agresif RRC bahkan makin meningkat dalam tahun-tahun belakangan ini.