Gagal jadi Guru, Kini Omzetnya Bisa Rp 60 Juta per Bulan
Sudah 10 tahun pria kelahiran Mailoa, Makian, Halmahera Selatan ini terjun ke bisnis kecantikan. Awalnya, tak pernah terbersit di benaknya akan berkarier di dunia tersebut. Sebab ia sangat ingin menjadi seorang guru.
”Sejak tamat SD di Mailoa tahun 1985, saya lalu pindah ke Ternate untuk lanjut sekolah. Tapi setelah tamat SMA tahun 1990, tidak bisa lanjut kuliah,” tutur Suhardiman.
Sayang, kedua orangtuanya tak mampu membiayai kuliah anak kedelapan dari sembilan bersaudara itu. Suhardiman pun harus mengubur dalam-dalam impiannya menjadi guru.
Di sisi lain, keterbatasan ekonomi itu melecutnya untuk banting setir menjadi pengusaha. ”Dulu ingin jadi guru, tapi karena faktor biaya dan orang tua yang tidak mampu sehingga saya tidak bisa kuliah,” kisah anak pasangan Yusuf Saban dan Hatija ini.
Suhardiman lantas melakukan pekerjaan apa saja untuk mengumpulkan modal. Selama 14 tahun, ia akhirnya bisa menyisihkan modal sebesar Rp 5 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli playstation, lantas disewakan.
”Waktu itu pada tahun 2004, saya tinggal di Tidore dengan kakak saya. Uang yang saya kumpul itu kemudian saya belikan PS sebanyak 12 unit untuk disewakan. Saat itu masih jarang orang menyewakan PS,” tuturnya.
Lantaran minimnya pesaing, usaha ini amat menguntungkan Suhardiman. Namun seiring berjalannya waktu, satu per satu bisnis serupa tumbuh subur di Tidore. Usaha PS Suhardiman hanya bertahan empat tahun.
”Tapi modal yang berhasil saya kumpulkan sebanyak Rp 50 juta. Saya kemudian pindah ke Ternate dan buka salon pada 2008,” sambungnya.