Gak mau Berat Badan Naik? Jangan Makan Saat Stres
Comfort food adalah makanan yang menawarkan nilai nostalgia atau sentimental, dan mungkin memiliki kecenderungan tinggi kalori, karbohidrat, lemak, atau persiapan sederhana. Sisi nostalgia ini bisa spesifik pada tiap individu, atau berbeda-beda pada budaya tertentu. Misalnya, jika comfort food Anda adalah martabak manis keju, setelah memakannya Anda akan lebih tenang, terhibur, stres pun mereda. Sehingga, banyak orang yang menjadikan makan enak dalam jumlah banyak sebagai pelarian dari stres.
Akibatnya, semakin lama dan parah seseorang mengalami stres, maka kadar kortisol akan semakin meningkat, yang diiringi dengan nafsu makan junk food, hingga akhirnya naiknya berat badan tak lagi terelakkan.
Sebuah penelitian tahun 2015 menemukan bahwa stres juga dapat menurunkan laju metabolisme pada wanita. Makanan yang dikonsumsi akan lebih lama dicerna dan tidak efisien saat diubah menjadi energi. Akhirnya, kelebihan kalori tersebut akan ditumpuk menjadi timbunan lemak dalam tubuh.
Perubahan pola makan
Umumnya, saat stres Anda jadi susah tidur, akhirnya jadi begadang. Saat mata masih melek tengah malam (yang seharusnya ini adalah waktu tidur), Anda akan mudah merasa lapar dan tergoda untuk ke dapur untuk mengambil camilan atau justru makan berat.
Tak lama setelah makan, Anda pun tidur. Belum sempat dibakar menjadi energi (karena Anda tidak banyak beraktivitas pada malam hari), kalori dari makanan tersebut akhirnya menumpuk menjadi lemak.
Karena begadang, Anda pun jadi sulit bangun pagi sehingga melewatkan sarapan. Kebiasaan ini juga bisa mengakibatkan peningkatan berat badan. Anda akan merasa lapar sebelum jam makan siang, sehingga tergoda untuk ngemil, atau bisa juga makan lebih banyak saat makan siang.
Jarang olahraga