Gardu Ganjar Ikut Melestarikan Tradisi Ngabubur Suro Bersama Warga Pandeglang
"Alhamdulillah, respons ibu-ibu semua. Kami mengadakan (kegiatan ini) sambil mendoakan (Ganjar menjadi Presiden 2024) di pagi hari ini, Jumat barokah."
"Mudah-mudahan Pak Ganjar dikabul sama Gusti Allah SWT menjadi nomor satu di Indonesia, yakni Presiden," tuturnya.
Lebih lanjut, Muhlis menjelaskan bubur suro atau sura berasal dari kata Asyura, yakni hari ke-10 Muharam dalam penanggalan kalender Hijriah yang dipakai umat muslim.
Bubur tersebut dipercaya muncul dari kisah Nabi Nuh AS saat terjadi banjir besar yang menenggelamkan dunia pada zaman dahulu, sehingga umat yang selamat di atas perahu harus menghemat perbekalan makanannya.
"Masak bubur, tanggal 10 Muharam itu merayakan bubur suro. Bahan-bahannya, yaitu beras, kacang, bumbu-bumbu, sop. banyak ya tata caranya," kata salah seorang warga yang berpartisipasi, Adawiyah.
Tradisi memasak bubur suro dinilai menanamkan sikap gotong-royong karena proses memasaknya yang dilakukan bersama-sama, terutama kalangan ibu-ibu. Sikap itu yang menjadikan Indonesia Tangguh.
Proses pembuatan bubur dilakukan dengan metode dan alat-alat tradisional, seperti kompor kayu bakar, yang diaduk secara manual dengan tangan selama sekitar dua jam.
Selain gotong-royong, tradisi tersebut juga dinilai meningkatkan jiwa sosial karena bubur yang sudah jadi kemudian dibagikan kepada orang yang membutuhkan dan anak yatim.