Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Gatot Nurmantyo Dicap Mau Membuat Drama Politik

Sabtu, 07 Oktober 2017 – 13:31 WIB
Gatot Nurmantyo Dicap Mau Membuat Drama Politik - JPNN.COM
Gatot Nurmantyo. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie tak sependapat bila sejumlah aksi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang belakangan menjadi polemik, dianggap bukan manuver politik.

"Dengan segala hormat ya, kalau sampai dibilang gak berpolitik itu agak bingung saya," ucap Connie dalam diskusi bertajuk "Politik bukan Panglima" di Cikini, Jakarta Pusat pada Sabtu (7/10).

Itu disampaikan Connie menyikapi pandangan tiga anggota DPR yang menilai Jenderal Gatot tidak sedang berpolitik dengan isu pembelian 5.000 pucuk senjata api. Ketikanya adalah anggota Komisi Bobby Rizaldi, politikus PKS M Nasir Djamil dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon.

Connie menuturkan, tentara itu adalah manusia yang disempurnakan, karena tidak terikat dengan apa yang tidak diberikan kepada manusia sipil. Anggota TNI punya sumpah prajurit yang harus diikuti mulai dari dia dilantik jadi prajurit.

"Dan dia resign atau purnawirawan pun sumpah prajurit gak pernah dicabut. Kemudian ada Sapta Marga. Nah, sekarang kalau dilihat, tidak mungkin seorang Panglima

TNI dalam melakukan seautu tanpa perhitungan. Ada prinsip di tentara itu, seribu kali perang seribu kali menang," jelas pengamat kelahiran Bandung, 52 tahun lalu itu.

Karena itu dia menilai Jenderal Gatot telah memperhitungkan statemennya. Apalagi disampaikan di depan para purnawirawan TNI, dibilang informasinya A1 alias valid. Kemudian, dikatakan pula senjata itu ilegal.

"Itu menurut saya sesuatu yang dia mau membuat sebuah apa ya, drama politk, supaya ada kejadian," cetus analis yang menulis artikel tentang tantangan, kebutuhan dan masalah pembangunan postur dan kapasitas militer Indonesia di era reformasi. (fat/jpnn)

Aksi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang belakangan menjadi polemik.

Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News