Gelar Seminar Pendidikan, GMKI Menagih Janji Kampanye Jokowi – Ma’ruf Amin Soal Infrakstruktur Langit
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Arif Satria sebagai narasumber dalam webinar tersebut menyampaikan pentingnya mengubah mental dan maindset dikalangan pelajar atau mahasiswa menjadi pola pikir pembelajar, pembelajar yang tangguh dan pembelajar yang lincah yang bisa adaftif terhadap perubahan.
Selain itu, mengubah motode belajar dari konvensional ke metode merdeka belajar dimana mahasiswa diberikan kesempatan untuk meramu paket belajar yang cocok untuk masa depannya.
Sebelumnya perguruan tinggi seolah lebih tauh menentukan masa depan mahasiswa, sekrang dalam merdeka belajar ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk meramu kira-kira paket (mata kuliah) apa yang cocok untuk masa depannya. Karena itulah orang-orang yang harus kita siapkan adalah orang-orang yang bermental pembelajar, pembelajar yang tangguh dan pembelajar yang lincah yang bisa adaftif terhadap perubahan, karena sekali lagi kalau kita merespon perubahan selamanya kita akan dikendalikan perubahan itu sendiri.
“Oleh karena itu, kita harus jadikan pendidikan Indonesia untuk mencetak orang-orang menjadi trendsetter perubahan,” jelas Prof Arif Satria.
Sementara itu, Rektor Universitas Cenderawasih (UNCEN), Dr Apolo Safanpo yang juga hadir sebagai narasumber menekankan pentingnya penanaman nilai dan pendidikan karakter bagi genarasi muda. Pasalnya, para genarasi muda nantinya akan menjadi pelaku-pelaku pembangunan di berbagai sektor dan juga akan menjadi pemimpin masa depan bangsa.
“Mereka (generasi muda) akan menjadi pelaku pelaku pembangunan di berbagai sektor pada saat itu. Oleh karena itu, negara-negara di dunia sedang melaksanakan manajemen talent,” kata Dr Apolo Safanpo.
Menurut Apolo Safanpo, manajemen talent adalah pembimbingan, pendampingan dan pengkaderan yang dilakukan pada generasi muda untuk dipersiapkan menjadi pemimpin di masa yang akan datang.
“Nah, seseorang dipilih menjadi pemimpin itu bukan karena dia mengetahui segala sesuatu, bukan karena dia menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan juga karena dia terampil punya kompetensi yang tinggi,” katanya.