Gelar Webinar, DPP Milenial Indonesia Membahas Krisis Energi Global
“Peluang baru terkait batu bara di Indonesia akibat adanya musim dingin di Eropa. Kebutuhan penghangat badan di masyarakat Eropa membuat pemerintah setempat menghidupkan Kembali PLTU yang sempat ditinggalkan,” ungkap.
Di sisi lain, Hanifa Sutrisna sebagai pengamat energi menyampaikan keprihatinannya melihat kondisi Pulau Kalimantan.
“Kalimantan menjadi salah satu pulau sumber energi terbesar di negeri kita. Sayangnya, di lumbung energi sendiri terjadi ketimpangan energi dan penguasaan korporasi tunggal yang menjual kepada asing,” ujar Hanifa.
Menurut Hanifa, optimalisasi kekayaan energi seperti gas alam, panas bumi dan angin sebagai basis terbaru untuk ketahanan energi sangat diperlukan.
Selain itu, Hanifa menyarankan masyarakat menghindari kendaraan pribadi yang sifatnya tidak perlu.
Dia mengajak masyarakat mulai naik transportasi umum sekalipun masih adanya ketimpangan pemerataan transportasi di negeri kita.
Pengamat politik Dr. Kapitra Ampera memaparkan ada sepuluh penyebab krisis energi yang terjadi.
“Konsumsi berlebihan pada sumber daya alam, over populasi manusia, pemborosan energi, kurangnya memanfaatkan energi terbarukan, maraknya pembangunan infrastruktur, sistem distribusi yang buruk, bencana alam dan yang terakhir terjadi peperangan,” kata Kapitra Ampera.