Gema Mendunia
Oleh Dahlan IskanSemua itu dimulai Minggu malam: karnaval lampion. Dilanjutkan Senin sore: upacara buka mata naga.
Pun sejak Sabtu lalu kesibukan sudah terlihat di semua kelentengnya. Di halamannya.
Mereka membuat kendaraan hias. Atau tandu berbunga. Mereka bergotong-royong membuatnya. Tidak ada yang dikerjakan kontraktor.
Singkawang memang mendapat gelar ”kota seribu kelenteng”. Seperti Lombok bergelar ”seribu masjid”. Dan Manado ”seribu gereja”.
Di puncak perayaan Cap Go Meh itu semua kelenteng mengeluarkan dewa andalan mereka. Berupa patung. Yang selama itu ditempatkan di altar puja. Disembahyangi. Dipuja.
Dewa-dewa itu dinaikkan kendaraan hias. Atau tandu bersolek.
Dewa itu dipikul beramai-ramai. Dengan gaya pikulan masing-masing. Ada yang sambil menari. Sambil jingkrak. Sambil muter-muter. Dengan iringan dung-dung-ceng. Di belakang setiap dewa. Diiringi pula liong. Dan barongsai.
Dewa dari satu kelenteng bisa diarak oleh tim yang beranggotakan 20 orang. Bayangkan riuhnya. Dan panjangnya.