Gema Mendunia
Oleh Dahlan IskanApalagi ada satu kelenteng yang mengeluarkan dua dewa. Atau tiga. Dengan tim yang lebih besar. Dengan iringan yang lebih panjang. Dengan tetabuhan yang lebih meriah. Dengan kostum pakaian yang lebih beragam.
Betapa gemuruhnya kalau seribu kelenteng turun ke jalan bersama. Tumplek blek. Ke pusat Kota Singkawang.
Lalu keliling kota. Bermuara di stadion. Dengan atraksi tambahan yang sangat khusus: tatung. Yang tusuk-tusuk wajah itu. Yang ngeri-ngeri-ngilu itu. Yang hanya ada di Singkawang. Di panggung khusus yang dijaga ”dua singa” raksasa.
Itu tidak hanya di Singkawang.
Di Bogor juga ada karnaval Cap Go Meh. Saya sesekali menghadirinya. Hanya saja Cap Go Meh Bogor tahun ini diganti dengan Street Festival. Tidak ada dewa yang diarak ke jalan.
Di Manado juga seru. Hanya saja tidak tiap tahun. Tergantung apa kata petinggi kelenteng. Suhu kelenteng sendiri tergantung ”apa kata langit”.
Biasanya seperti ini: dua hari sebelum Cap Go Meh ada pengumuman. Ditempel di kelenteng. Misalnya: ”Dewa tidak keluar. Berarti tidak ada perayaan Cap Go Meh tahun ini”.
Atau sebaliknya: ”Tahun ini dewa berkenan keluar. Berarti ada perayaan Cap Go Meh”.