Gencatan Senjata Omong Kosong ala Rusia di Eastern Ghouta
Sejak resolusi masih dalam tahap pembahasan pun, menurut Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley, Rusia sudah memainkan peranan penting.
Beberapa kali negara pendukung rezim Presiden Bashar al-Assad tersebut mengubah isi resolusi. Ketika resolusi masuk tahap pemungutan suara, Rusia pula yang membuat jadwal voting mundur hingga tiga kali.
Sabtu (24/2), saat resolusi gol dan gencatan senjata 30 mulai diterapkan, Rusia menyatakan masih akan melanjutkan serangan di Eastern Ghouta. Sebab, menurut Kremlin, aksi antiteror di pinggiran ibu kota Syria itu tetap boleh berlangsung selama gencatan senjata diterapkan.
Minggu (25/2) serangan udara berlanjut dan menewaskan sembilan orang yang satu keluarga di kota satelit tersebut.
Tetapi, Mohamad Katoub, seorang dokter asal Turki yang tergabung dalam Syrian American Medical Society (SAMS), menyatakan bahwa jeda pertempuran selama lima jam omong kosong.
’’Jeda lima jam itu tidak akan membuat gencatan senjata bertahan. Apa yang bisa kita lakukan dalam waktu lima jam jika kondisi Eastern Ghouta seperti ini,’’ keluhnya sebagaimana dikutip BBC.
Kemarin Rusia dan Syria menyebut jam sebagai patokan jeda. Ketika pukul 09.00, secara otomatis mereka berhenti menggempur Eastern Ghouta. Tetapi, oposisi bersenjata yang oleh rezim Assad disebut teroris dan ekstremis tidak berkata apa pun tentang hal tersebut.
’’Saat kami tidak mendengar desing peluru atau suara ledakan dan mesin jet tempur, itulah tandanya,’’ kata Dujarric.