Generasi Muda Diajak Lawan Radikalisme di Dunia Maya
Mereka adalah para anak muda kreatif mulai blogger, ahli IT, dan desain komunikasi visual (DKV).
"Mereka anak muda kreatif. Kenapa? Karena kita berhadapan propaganda radikalisme dan terorisme sasarannya sebagian besar generasi muda. Artinya kita berhadapan dengan anak muda. Kalau kita pakai bahasa kita, orang dewasa, tentu tidak akan masuk karena preferensinya berbeda. Tapi kalau mereka mengajak teman seumur atau seusia itu akan lebih efektif. Langkah itulah yang terus kami gaungkan untuk merangkul dan menggandeng generasi muda untuk memerangi radikalisme di dunia maya," papar Suhardi.
Pada kesempatan itu, mantan Kapolda Jawa Barat ini juga mengajak para peserta workshop untuk bersama memerangi propaganda radikalisme dalam bentuk apa pun, sebagai agent of change atau agen perubahan.
Tugasnya adalah mengajak anak muda se-tanah air bersatu padu menghadapi konten radikal yang berisi kekerasan dan terorisme.
"Anak muda bisa menyampaikan pesan-pesan damai dengan bahasa gaul. Itu akan lebih efektif sehingga masyarakat, terutama generasi muda punya daya tangkal terhadap ancaman paham kekerasan itu yang membuat kita lupa dengan budaya bangsa sendiri," tutur Suhardi.
Selain itu, Suhardi juga mengajak para generasi muda untuk memerangi berita hoax (bohong). Menurutnya, hoax itu bisa membuat bangsa Indonesia dengan budaya bangsa sendiri.
Karena itu, semua pihak harus hati-hati dan harus ada budaya sharing dalam menghadapi hoax sehingga setiap berita tidak bisa digelontorkan begitu saja.
Langkah BNPT dalam menggalang sinergi dengan media OKP dan ormas didukung penuh oleh Ketua Rois Aam PBNU dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin.