Geo Culture Trek di Lembang Tawarkan Sensasi Baru
“Yale dan Harvard University di Amerika Serikat itu alumniya mengumpulkan dana abadi atau professional endowment fund. Sekarang sudah USD 40 Miliar, atau dua kalinya value PT Telkom dengan 30.000 tenaga kerja yang pernah saya pimpin itu,” katanya.
Arief menambahkan, pariwisata adalah penghasil product domestic bruto (PDB), devisa dan tenaga kerja paling murah dan paling mudah. Menurutnya, pariwisata justru sektor yang tepat untuk mendongkrak perekonomian nasional.
“Saya orang bisnis, melihat harus dengan angka, harus dengan global standart, dan harus di-benchmark dengan pesaing dari negara lain,” papar Arief.
Ia lantas menyodorkan konsep 3S atau size, sustainable dan spread. “Ini untuk menentukan portofolio industri itu menarik dikembangkan atau tidak. Masuk dalam kategori sunset industri atau sunrise industri. Untuk size, ini bicara soal PDB pariwisata Indonesia tahun ini dalam kategori jumlah terbesar di ASEAN, sebesar USD 82 biliun. Jarang-jarang kita bagus di kategori yang bagus,” ungkapnya.
Kedua, sustainability terkait dengan growth atau pertumbuhan. Menteri asal Banyuwangi itu menjelaskan, pariwisata justru tumbuh paling tinggi dari semua industri, termasuk jika dibandingkan dengan agriculture maupun manufacture.
“Catat baik-baik ya, saat ini oil and gas menempati posisi pertama, coal posisi kedua dan CPO atau minyak kelapa sawit posisi ketiga. Pariwisata di posisi empat. Tapi dari sisi growth, hanya pariwisata yang bertumbuh,” tuturnya.
Ia memerinci, saat ini industri migas justru turun tinggal USD 18 miliar. “Pariwisata memang masih USD 12 miliar, tapi dengan bertumbuh sepuluh persen saja, tahun depan bisa menyalip oil and gas yang harga per barelnya turun hingga USD 36, dari sebelumnya sempat USD 100,” tuturnya.
Dari sisi investasi, pariwisata juga paling memberi dampak lanjutan yang paling besar. Investasi USD 1 juta di pariwisata bisa berdampak pada PDB sebesar USD 1,7 juta, atau naik 170 persen.