Getas, Desa Penjunjung Toleransi di Lereng Gunung
Yang menarik, jarak tempat ibadah masing-masing agama juga berdekatan. Rata-rata hanya berjarak 50-500 meter.
Letak Gereja Isa Al Masih, misalnya, berjarak sekitar 500 meter dari Gereja Sidang Jemaat Allah. Nah, hanya 150 meter dari gereja, terdapat Musala Al Iman. Sekitar 250 meter dari Musala Al Iman ada Gereja Pantekosta. Tak jauh dari Gereja Pantekosta berdiri Vihara Dharma Sasana.
“Meski berdekatan, warga saling menghormati ketika pemeluk agama satu dan yang lain melaksanakan ibadah. Masyarakat Getas hidup rukun dan saling menghormati,” kata Dwiyanto. Rumah peribadatan di Desa Getas saat ini terdiri ada masjid (14), gereja (8) dan wihara (11).
Luas wilayah Desa Getas 815 hektare yang terdiri dari sepuluh dusun. Yakni, Dusun Getas, Kemiri, Nglarangan, Banyuurip, Krecek, Porot, Cendono, Glethuk, Pingapus, dan Selorejo.
Jarak dari kota kecamatan menuju Getas sekitar 5 km. Sedangkan jarak Getas dari kota kabupaten sekitar 25 km.
Topografi Getas yang terletak di lereng gunung dan berbukit menjadikan udara di desa itu sejuk, bahkan dingin. Rata-rata penduduk Desa Getas bekerja sebagai petani dan peternak.
Untuk warga yang sudah sepuh memang rata-rata hanya lulusan sekolah dasar. Sedangkan untuk kalangan remajanya banyak lulusan SMA, bahkan perguruan tinggi.
Getas dihuni oleh 4.004 jiwa dengan rincian pemeluk Islam sebanyak 1.742 jiwa, Kristen (769), Katolik(12), dan Buddha (1.481). “Sudah diwejang sejak dulu oleh leluhur kita di sini, bahwa perbedaan yang ada tidak boleh membuat masalah. Justru harus tolong-menolong,” kata Kaur Kesra Desa Getas, Nasrudin.
Sikap toleransi, saling membantu antarumat beragama di Desa Getas diwujudkan dalam tataran aktivitas, yaitu gotong-royong. Ketika salah satu kelompok umat beragama sedang mempunyai keperluan seperti membangun tempat ibadah atau memperingati hari hari besar agama, maka warga di luar kelompok umat itu akan membantu. Keikutsertaan ini bisa berupa sumbangan dana, tenaga, dan material, tanpa paksaan.