Gitar Rotan Laminasi Ciptaan Mahasiswa ITS Itu Diberi Nama Aluna
Membeli rotan mentah memaksa pria Sagitarius itu bekerja dua kali. Sebelum membuat gitar, dia harus menerapkan teknologi laminasi. Artinya, dia harus memotong rotan silinder berdiameter 3,2 cm menjadi beberapa bagian kecil.
Lalu, rotan-rotan sepanjang 4 meter itu dipotong per 1 meter berbentuk balok. Selanjutnya, 4 bilah rotan yang sudah menjadi balok tersebut direkatkan dengan lem, baru dipotong kecil-kecil seperti papan.
Tugas selanjutnya ialah mencari perajin yang bisa membantunya mengerjakan gitar sesuai desain yang sudah dibuatnya. Pada tahap itu, lagi-lagi Ulin mendapat hambatan. Dia sulit mencari perajin gitar di Surabaya. Rata-rata perajin menolak menggarap gitar miliknya karena mereka sudah menerima pesanan dari orang lain.
Bahkan, ada salah seorang seniman gitar yang meremehkan karyanya. Orang tersebut tidak percaya bahwa hasil kreasi Ulin bisa menghantarkan suara.
”Beliau benar-benar nggak mau ngerjain. ’Daripada buang-buang waktu bikin gitar kamu dan nolak pesenan orang. Udah gitu, iya nanti kalau gitarnya bunyi, lah kalau enggak?’ Beliau bilang gitu ke saya,” kenangnya kemudian tersenyum kecut.
Perjuangan cowok yang mengaku masih jomblo itu akhirnya terbayar. Dia berjodoh dengan Widadi untuk melanjutkan penggarapan gitar. Selama sebulan, Ulin bolak-balik Surabaya-Purwodadi untuk mengecek hasil polesan Widadi.
Ulin mengaku tidak semua bagian gitarnya berasal dari rotan. Rotan hanya dipakai untuk top body, back, dan side guitar. Sementara itu, bracing atau bagian dalam masih dilapisi kayu. Bagian neck terbuat dari mahoni dan senar gitar jenis nilon. Semua kelengkapan itu dibuat agar gitar mampu bersuara dan tidak melengkung jika terkena panas matahari.
Akhirnya, gitar jadi. Yang terpenting, kualitas suara yang dihasilkannya tak kalah dengan gitar mainstream. Kerja kerasnya terbayar. Bahkan, bila sedang galau, Ulin bergitar dan bersenandung dengan enak.