Gitar Rotan Laminasi Ciptaan Mahasiswa ITS Itu Diberi Nama Aluna
Dosen pembimbing menggiring Ulin untuk menciptakan gitar yang berbeda. Lama Ulin berpikir, akhirnya di sebuah mata kuliah, dosennya bercerita tentang keikutsertaannya pada workshop yang berkaitan dengan rotan.
Lelaki yang sejak kecil juga hobi menggambar itu kemudian punya pikiran nyeleneh. ”Begitu jam kuliah selesai, saya berpikir bisa nggak ya rotan dibuat jadi gitar,” imbuhnya.
Mahasiswa angkatan 2009 itu pun mewujudkan imajinasi desainnya ke bentuk nyata. Semula sulit menemukan bahan baku rotan yang sudah diolah menjadi laminasi. Setelah berkomunikasi dengan beberapa orang, Ulin pun berharap kepada salah seorang kenalannya yang bersedia mengirim rotan laminasi dari Sulawesi.
Namun, rotan yang ditunggu cowok yang juga aktif di komunitas menggambar Penahitam Surabaya itu tidak kunjung tiba. Di tengah keputusasaannya mendapat rotan laminasi, kakak kelasnya memberi informasi tentang distribusi rotan di Menganti, Gresik.
Sayangnya, di situ tidak ada rotan laminasi (rotan yang sudah diolah menjadi bentuk papan), melainkan rotan mentah yang masih berbentuk silinder utuh.
Karena dikejar waktu, Ulin akhirnya rela berpanas-panasan mengendarai motor ke Gresik. Dibantu rekannya, dia membeli 30 kg rotan mentah bentuk silinder jenis asalan. Setiap 1 kg rotan dihargai Rp 9 ribu.
Rotan-rotan itu dibawanya sebanyak dua kali. Pertama, dia membawa 12 kg rotan dengan naik motor. ”Saya bawa naik motor dengan diboncengkan teman. Lumayan kemeng pundak ini,” ceritanya lalu tertawa kecil.
Keesokan harinya, dia menyewa pikap milik kenalannya untuk mengangkut 30 kg rotan. Kocek sewa mobil itu lumayan tebal untuk ukuran mahasiswa. ”Total penggunaannya sekitar 20 kg. Saya sengaja membeli banyak untuk jaga-jaga, nyatanya memang sisa,” ceritanya.