Gudeg Bu Tjitro 1925 Dalam Kemasan Cakep, Omzet Rp 300 Juta
Pernah mal terkenal di Yogyakarta memesan 100 kaleng empal gentong. Begitu tahu empal kaleng itu di display, Ibu Eroh langsung membeli kembali. Dia takut bila kena sanksi dari BPOM maupun pemda karena belum ada izinnya.
"Saya sudah urus izinnya sejak tahun lalu tapi belum keluar. Makanya sulit juga jualan kalau enggak ada izin BPOM. Sementara jualan hanya terbatas pada pelanggan dan online. Itupun enggak banyak," tuturnya saat berdialog dengan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir.
Menanggapi itu Menteri Nasir mengungkapkan akan membantu UKM untuk mendapatkan izin BOPM. Biar bagaimanapun UKM ini adalah para pelaku ekonomi yang telah menggunakan hasil inovasi teknologi LIPI.
Menurut Nasir, kemasan makanan tradisional sangat penting. Bagaimana meningkatkan nilai tambah bagi UKM yang menggunakan produk lokal. Makanan yang umumnya bertahan hanya enam jam tapi dengan teknologi bisa menjadi satu tahun. Bagaimana juga mengenalkan makanan Indonesia yang variasi kepada orang asing.
Nasir mengaku senang karena makin banyak makanan tradisional yang dikemas dengan teknologi pengemasan dari BPTBA LIPI. Saat ini Pusat Unggulan Iptek (PUI) Teknologi Pengemasan Makanan Tradisional sudah dimanfaatkan oleh lebih dari 30 UKM diberbagai wilayah Indonesia.
Selain itu dikembanhkan 42 jenis resep makanan tradisional khas nusantara antara lain gudeg Jogja, gudeg Solo, rawon, brongkos, sayur lombok ijo, mangut lele, rendang, keumamah (ikan kayu) khas Aceh, tempe bacem, tempe kari, oseng-oseng mercon, dan lainnya.
"Riset dan teknologi itu harus bisa dimanfaatkan masyarakat dan mampu meningkatkan taraf hidupnya. Saya gembira BPTBA LIPI Gunungkidul sudah bisa menggandeng UKM. Mudah-mudahan biayanya juga tidak memberatkan UKM," pungkasnya. (esy/jpnn)