Gugus Tugas Covid-19 Sebut Ada Penurunan Zona Merah
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menjelaskan berdasar data zonasi corona per 28 Juni 2020, ada 99 daerah di Indonesia dengan zona hijau.
Bahkan, kata dia, 66 di antaranya adalah kabupaten/kota yang tidak terdampak atau belum terlaporkan adanya kasus positif dari awal.
"“Jadi, dari 514 kabupaten/kota ada 66 kabupaten/kota yang tidak terdampak," kata Prof Wiku dalam diskusi yang ditayangkan channel YouTube BNPB, Jumat (3/7).
Diskusi yang dipandu dokter Lula Kamal itu juga menghadirkan secara virtual narasumber Gubernur Kalbar Sutarmidji.
Prof Wiku menjelaskan yang disebut zona hijau adalah daerah yang tidak terdampak (tidak pernah ada kasus positif), serta pernah ada kasus positif tetapi kemudian sembuh 100 persen, dan tak ada penambahan kasus baru lagi.
“Yang disebut tidak ada kasus baru itu adalah selama empat minggu terakhir tidak ada kasus baru dan kasus yang ada sembuh 100 persen," jelas Wiku.
Dia menjelaskan, jumlah daerah yang pernah ada kasus positif, tetapi kemudian sembuh, dan tidak ada lagi penambahan kasus baru sebanyak 33 kabupaten/kota.
“Menurut kami, itu prestasi karena sebelumnya mereka berada dari zona yang lain. Jadi di antara mereka bisa saja ada zona merah, zona oranye, dan zona kuning yang bisa berpindah ke zona hijau," ungkap Wiku.
Dia menjelaskan update perubahan zona dilakukan setiap minggu. Pada awal pekan, selalu disampaikan kinerjanya selama seminggu yang lalu.
“Sebenarnya kalau datanya semuanya sudah realtime, sebenarnya setiap saat warnanya bisa berubah, tetapi kita mengumumkannya seminggu sekali supaya ada waktu untuk pemda dan masyarakat menyesuaikan diri," katanya.
Misalnya, kata Wiku, kalau zona merah yang berarti kasus banyak dan kemungkinan pengetesannya kurang, silakan pemda dan masyarakat menyesuaikan diri.
Hal ini bisa dilihat kapan saja oleh masyarakat di www.covid19.go.id. Di sini bisa dilihat data dan peta kondisi setiap daerah.
Dia mencontohkan pertama bisa dilihat ada 108 daerah risiko tinggi, tetapi menjadi 65 pada minggu berikutnya.
Nah, ujar Wiku, itu tidak serta merta bahwa daerah yang dulunya merah semuanya pindah ke zona lain. Bisa saja yang zona oranye, pindah ke merah.
“Jadi ini dinamis, tetapi pada titik tertentu inilah kondisinya bisa berubah dari waktu ke waktu," jelasnya.
Dia mengatakan bila dilihat data kondisi tiap minggu dari Mei sampai 28 Juni 2020, daerah merah dari yang awalnya banyak makin lama kian turun.
“Artinya risiko peningkatan kasusnya dari dari waktu ke waktu turun. Berarti kan baik," kata Wiku.
Jadi, ia menegaskan, melihat Indonesia tidak bisa hanya dari Jakarta atau atas Monas. Namun, harus melihat satu per satu daerah.
“Di sini hanya sekadar ringkasan melihat secara keseluruhan yang ada di Indonesia," ungkap Prof Wiku.
Kemudian yang penting di sini, zona kuning dan hijau. Zona kuning dan hijau berfluktuasi dari 46,7 persen sampai 55 persen, dan tertingginya adalah 58,3 persen pada 21 Juni 2020.
“Ini menunjukkan kalau saya sebut ketangguhan dari bangsa Indonesia dilihat dari daerahnya. Minimal sekitar 50 persen daerah di Indonesia risiko peningkatan kasusnya rendah dan tidak terdampak. Itu adalah modal bangsa kita untuk membangun ke depan," paparnya.
Perubahan zonasi risiko ini terlihat dari seberapa banyak dari tinggi ke sedang. "Ternyata ada 19 kabupaten/kota. Jadi kan membaik itu, tetapi ada juga dari risiko sedang ke risiko tinggi, ada 14 kabupaten/kota. Dari risiko sedang ke rendah yaitu baik, 31 kabupaten/kota," katanya.
Menurutnya, data ini tiap minggu mengalami perubahan yang dinamis, tergantung kedisiplinan masyarakat dan pemda secara kolektif bekerja mempertahankan dan memperbaiki keadaan.
"Meskipun hijau tidak serta merta tidak ada risiko. Mereka tetap punya risiko. Jadi, dia harus tetap menjaga jangan sampai yang misalnya yang tidak pernah terdampak, ketularan dari tempat lain. Itu harus dijaga," kata dia.(boy/jpnn)